lailaberbagicerita

"Laa haula walaa quwwata illaa billaahil'aliyyil'adzhim." (Tiada daya & kekuatan kecuali dengan pertolongan ALLAH Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung)"

Menerima Kekurangan Pasangan Akan Berbuah Pahala

Ketika dua anak cucu adam sedang dimabuk cinta, semua yang ada pada pasangan adalah indah dan menarik. semua nampak mempesona, rasa ingin selalu disampingnya menyeret perasaan serta pikiran. singkat kata apapun yang dari dia adalah elok.

dalam pandangan kita saat itu dialah yang terbaik bagi kita, kasih sayangnya, perhatiannya, sungguh tiada tara, namun setelah akad nikah berlangsung, bulan madu pun sudah lewat, barulah muncul, sifat-sifat asli mulai nampak jelas, tak jarang sifat baik yang ditunjukkan waktu sebelum nikah sirna berganti dengan sifa sebaliknya, atau minimal ada sifat-sifat buruk dia yang tidak kita sukai, masih mending kalau itu hanya sifat-sifat yang tidak prinsipil, tapi jika perangai buruk itu berupa hal-hal prinsipil bisa sangat menyiksa.

memang tak ada manusia yang sempurna, dibalik sifat-sifat baiknya tentu ada juga sifat-sifat yang kurang kita senangi, inilah ujian, seorang suami yang shaleh kadang punya istri yang bertolak belakang, suaminya demen beramal shodaqoh,istrinya pelitnya minta ampun, atau sebaliknya.

bersabar menghadapi akhlaq yang tidak baik pasangan kita merupakan suatu amalan yang besar pahalanya.

Rasulullah SAW bersabda, ” Lelaki mana saja yang bersabar atas akhlaq jelek isterinya, Allah SWT akan memberikan pahala kepadanya seperti yang DIA berikan kepada Ayyub AS, karena kesabarannya atas bala’ yang menimpanya. Dan perempuan mana saja yang bersabar atas akhlaq buruk suaminya, Allah SWT akan memeberikan pahala kepadanya seperti yang DIA berikan kepada Aisyah binti Muza’im, istri fir’aun “. ( HR. Ath-Thabrani )

Sebagai penutup penulis teringat kisah tentang seseorang yang terkenal sebagai waliyullah, suatu hari sang waliyullah ini kedatangan seorang tamu, karena ada hal penting yang perlu penjelasan panjang lebar, sang tamu diminta menginap, pagi harinya sebelum tamunya pamit pulang, sang waliyullah ini mempersilahkannya untuk sarapan ala kadarnya. Sang wali pun masuk kedalam rumah mengambil nasi beserta lauk pauknya, samar-samar si tamu mendengar istri sang wali dengan nada kesal bicara sama suaminya ” abah ini bagaimana, sudah tahu nasinya sedikit koq mau diberikan tamu?” sang wali pun menjawab dengan suara lembut dan pelan sehingga si tamu tidak begitu jelas apa yang diucapkan sang wali.

Selesai sarapan pagi, si tamu berpamit hendak pulang, tapi karena penasaran dia memberanikan diri bertanya kepada sang wali perihal istrinya yang dalam pandangannya ” berani” dengan suaminya.

” Njenengan(anda ) kan seorang wali, yang do’anya mustajab, dimana-mana dihormati orang, bagaimana bias istri anda sikapnya demikian dengan njenengan? ” si tamu bertanya karena penasaran

Dengan didahukui senyumannya yang khas sang wali menjawab,

” justru karena sikap istri saya itulah yang menjadikan saya dianugerahi kelebihan seperti sekarang ini ”

” lho koq bisa? ” si tamu tambah penasaran

” saya menerima & bersabar dengan sikap istri saya seperti yang kamu ketahui tadi, dan karena kesabaran itulah Allah menganugerahi kelebihan kepadaku, mungkin kalau istriku tidak begitu, belum tentu saya memperoleh ladang amal kesabaran seperti sekarang ini “.

Si tamu pun akhirnya mafhum, jelas dengan jawaban sang waliyullah, dia pamit pulang, kata-kata terakhir dari sang wali yang masih berngiang ditelinganya ;

” jangan mengharapkan pasangan kita sempurna seperti yang kita inginkan, sebaliknya kita yang seharusnya menyesuaikan diri dengan segala kekurangannya, sebab tak ada manusia yang sempurna ”

_________________________________________

jakarta, 22 mei 2010 23:05

Oleh : em.yazid

Tinggalkan komentar »

Balasan pahala jika suami bersabar sikap buruk isteri

Balasan pahala jika suami bersabar sikap buruk isteri
Maznah Daud

ALLAH yang Maha Pengasih lagi Penyayang memerintahkan hamba-Nya supaya kasih mengasihi antara satu sama lain. Seseorang hamba hanya akan memperoleh kasih sayang daripada-Nya apabila dia mengasihi makhluk-Nya.

Jika ada dua orang sahabat berkasih sayang antara satu sama lain, maka yang lebih disayangi Allah antara keduanya ialah yang paling kasih kepada sahabatnya. Manusia yang memiliki sifat kasih sayang paling tinggi dan paling agung ialah Rasulullah SAW.

Baginda sangat mengasihi umatnya sehinggakan perasaan kasihnya yang mendalam itu dirakamkan Allah dalam firman-Nya bermaksud: “Sesungguhnya sudah datang kepada kamu seorang Rasul daripada golongan kamu sendiri, yang menjadi sangat berat kepadanya sebarang kesusahan ditanggung kamu, yang sangat inginkan kebaikan bagi kamu, ia pula menumpahkan perasaan belas serta kasih sayangnya kepada orang yang beriman.” (Surah at-Taubah, ayat 128)

Kasih sayang sesama insan akan membuahkan sikap bertolak ansur, hormat menghormati serta sedia berkorban demi kebahagiaan insan tersayang. Dalam hubungan suami isteri, kedamaian dan kasih sayang adalah teras utama.

Allah menjadikan perasaan kasih mesra antara suami isteri sebagai sunnah yang ada padanya tanda kekuasaan dan keagungan-Nya.

Firman Allah bermaksud: “Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya, bahawa Dia menciptakan untuk kamu isteri daripada diri kamu sendiri supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya, dan dijadikan-Nya antara kamu perasaan kasih sayang dan belas kasihan. Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi keterangan menimbulkan kesedaran bagi orang yang berfikir.” (Surah ar-Rum ayat 21)

Selaras dengan ayat itu, Rasulullah SAW sering menasihati suami sebagai ketua keluarga supaya melayani isteri dengan sebaiknya. Baginda menegaskan, suami yang terbaik itu ialah yang berlaku baik terhadap isterinya.

Baginda SAW juga berpesan kepada suami dengan sabdanya bermaksud: “Hendaklah kamu ingat memperingati supaya berbuat baik kepada wanita (isteri). Sesungguhnya mereka adalah seperti tawanan di sisi kamu. Kamu tidak memiliki apa-apapun daripada mereka kecuali hak menikmati hubungan kelamin antara kamu berdua. Tetapi, apabila isteri kamu melakukan kejahatan yang nyata, maka tinggalkan tempat tidur mereka, dan pukullah dengan cara yang tidak terlalu menyakitkan. Jika mereka kembali mentaatimu, maka janganlah kamu mencari jalan untuk menyakitkan mereka. Ingatlah bahawa kamu mempunyai hak ke atas isteri kamu dan isteri kamu juga ada hak ke atas kamu. Hak kamu ialah tidak membenarkan mana-mana lelaki tidur di atas tilam kamu dan tidak mengizinkan sesiapa yang kamu tidak suka memasuki rumah kamu. Adapun hak isteri ke atas kamu ialah kamu memberi yang terbaik kepada mereka pakaian dan makanan mereka.” (Hadis riwayat at-Tirmizi)

Walaupun kehidupan isteri terikat dengan suami laksana seorang tawanan, mereka tidak boleh dianggap sebagai hamba yang boleh diperlakukan sesuka hati. Isteri mempunyai hak mendapat layanan sebaiknya.

Suatu ketika, ramai isteri datang menemui isteri Rasulullah SAW mengadu mengenai layanan buruk diterima daripada suami mereka. Apabila Rasulullah SAW mengetahuinya, Baginda bersabda bermaksud: “Sesungguhnya ramai wanita datang menemui isteriku mengadu mengenai suami mereka. Sesungguhnya suami kepada wanita itu bukanlah orang yang terbaik daripada kalangan kamu.” (Hadis riwayat Abu Daud)

Tidak dinafikan, sebagai manusia masing-masing ada kelemahan dan kekurangan sama ada isteri mahupun suami. Cara terbaik mengatasinya ialah dengan bersabar serta tidak membesarkan kelemahan itu. Firman Allah bermaksud: “Dan bergaullah kamu dengan mereka (isteri-isteri kamu itu) dengan cara yang baik. Kemudian jika kamu (berasa) benci kepada mereka (kerana tingkah lakunya, janganlah kamu terburu-buru menceraikannya) kerana boleh jadi kamu bencikan sesuatu, sedangkan Allah hendak menjadikan pada apa yang kamu benci itu kebaikan yang banyak untuk kamu.” (Surah an-Nisaa’, ayat 19)

Diriwayatkan bahawa Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Mana-mana lelaki yang bersabar di atas keburukan perangai isterinya, Allah akan berikannya pahala seperti diberikan kepada Ayyub kerana bersabar di atas bala yang menimpanya. Mana-mana isteri yang bersabar di atas keburukan perangai suaminya, Allah akan berikannya pahala seperti yang diberikan kepada Asiah binti Muzahim, isteri Firaun.”

Oleh Maznah Daud. Prof Madya Maznah Daud ialah bekas pensyarah Universiti Teknologi Mara (UiTM) Shah Alam yang boleh dihubungi di e-mel wanitajim0@yahoo.com

Renungi kisah seorang lelaki mengunjungi Umar bin al-Khattab untuk mengadu perangai isterinya. Dia berdiri di luar pintu, menunggu Umar keluar. Tiba-tiba dia terdengar isteri Umar sedang meleterinya sedangkan Umar diam tidak menjawab walau sepatah pun. Maka lelaki itupun beredar sambil berkata kepada dirinya sendiri: “Jika beginilah keadaan Umar, seorang Amirul-Mukminin yang selalu keras dan tegas, maka bagaimana dengan aku?

Selepas itu Umar keluar dari rumahnya dan melihat lelaki tadi sudah beredar. Umar memanggilnya dan bertanya tujuan kedatangannya. Lelaki itu berkata: “Wahai Amirul-Mukminin, aku datang untuk mengadu perangai isteriku yang buruk dan suka berleter di hadapanku. Tadi aku mendengar isteri anda pun begitu juga. Lalu aku berkata kepada diriku, jika beginilah keadaan Amirul-Mukminin dengan isterinya, maka bagaimana dengan aku.

Umar berkata kepadanya: “Wahai saudaraku, sesungguhnya aku bersabar mendengar leterannya kerana dia mempunyai hak ke atasku. Sesungguhnya dia memasak makananku, mengadun roti untukku, membasuh pakaianku dan menyusui anakku, padahal semua itu tidak diwajibkan ke atasnya. Dia juga menenangkan hatiku daripada melakukan perbuatan yang haram (zina). Sebab itulah aku bersabar dengan kerenahnya?

Lelaki itu menjawab: “Wahai Amirul-Mukminin, demikian jugalah isteriku? Umar pun berkata kepadanya: “Maka bersabarlah wahai saudaraku. Sesungguhnya kerenahnya itu tidak lama, hanya seketika saja.”

Oleh Prof Madya Maznah Daud ialah bekas pensyarah Universiti Teknologi Mara (UiTM) Shah Alam yang boleh dihubungi di emel wanitajim0@yahoo.com
Posted by Wanita JIM Mekar Ceria at 10:25 PM

Tinggalkan komentar »